Home » » Orang Samaria yang Murah Hati - Seri PA pribadi bag 1

Orang Samaria yang Murah Hati - Seri PA pribadi bag 1

Posted by APOSTOLOS on Kamis, 12 Februari 2015

Hari ini, setelah membaca alkitab, Tuhan membuka pemikiranku, saya mendapat berkat dan pemahaman baru tentang sebuah perikop dalam alkitab. Saya mau membagikan untuk anda.

Pernahkah anda membaca ayat di alkitab yang menunjukkan bahwa hidup kekal dapat diterima tanpa perlu percaya pada Yesus?
Atau mungkin mendengar statement pendeta yang mengatakan bahwa ada jalan lain untuk bisa masuk surga?
Saya yakin, umumnya dari kita mmiliki jawaban tidak. 
Tapi hari ini saya mendapat jawaban lain dari alkitab. Ketika saya membaca lukas 10:25-37, Tuhan menjelaskan untuk memperoleh hidup yang kekal kita hanya perlu melakukan hukum yang terutama. 


Hukum yang pertama adalah "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu" 
Hukum yang kedua adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Kedua hal ini yang sebenarnya dapat membuat manusia menerima hidup yang kekal. Kedua hukum ini bukan hanya hukum biasa yang merangkum isi seluruh kitab para nabi, tetapi juga menjadi jaminan keselamatan. Setidaknya itulah yang Tuhan Yesus katakan di ayat 28. 

Jadi ini bukan tentang dosa nenek moyang kita yang diturunkan pada manusia, sehingga menyebabkan semua manusia ikut jatuh dalam dosa sehingga tidak dapat menerima hidup kekal. Tapi ini tentang keputusan pribadi, apakah mau berdosa atau tidak dan dalam hal ini apakah melanggar kedua hukum universal yang telah Tuhan tetapkan.
Pertanyaannya sekarang, siapakah yang mampu melakukan kedua hal ini secara simultan, penuh dan utuh tanpa cacat sedikit pun? Pertanyaannya siapa, bukan agama apa. Adakah seorang manusia atau nabi yang telah melakukannya dengan sempurna? Kemanusiaan manusia membuat manusia cenderung berbuat dosa. Banyak hal dilakukan manusia untuk menjauhkan sisi keberdosaan manusia, namun apakah benar-benar berhasil menyingkirkannya? Saya banyak melihat orang-orang bermeditasi, mengosongkan pikiran, kembali memahami jatidiri manusia, menjauhkan diri dari hawa nafsu, memutuskan mmbuat dirinya menderita untuk memperoleh kebebasan dari raga, kebebasan spiritual. Namun apakah berhasil? Pertanyaan ini tentu kembali pada jawaban diri masing-masing dan kemungkinan hanya Tuhan yang tahu.

Sebagai orang kristen tentu kita percaya apa yang dikatakan firman Tuhan di 1 Yohanes 1: 8, 10 dan itu berarti semua manusia telah berbuat dosa.
Beruntungnya kita, karena Tuhan Yesus sudah bersedia memberi contoh hidup, bahwa dalam kemanusiaanNya, Ia memenuhi hukum taurat yang sejatinya 'memerdekakan' manusia. Tuhan Yesus sebagai Tuhan yang menjadi manusia menepati hukum yang telah dibuatNya, yaitu mengasihi Tuhan Allahnya dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi. Tuhan Yesus dalam kemanusiaannya juga mengasihi sesama manusia. Meskipun Dia adalah Allah, namun dalam kemanusiaannya Dia memilih untuk mengasihi sesamanya manusia yang membencinya bahkan yang menyalibkan Dia dan sekaligus menunjukkan ketaatan dan kasihNya pada Allahnya.

Adakah contoh hidup yang lebih dari ini?
Jujur, sekali lagi saya melihat logika Allah yang tak terbatas, mencoba membuat manusia dengan logika yang terbatas agar mengerti. Seolah2 memotong suatu fungsi atau deret divergen dengan sebuah konstanta tunggal agar berubah menjdi konvergen.

Sekarang kembali pada perikop orang samaria yang murah hati. Jika dianalogikan dengan karya penebusan Tuhan Yesus, sebenarnya Tuhan Yesus tergolong sebagai siapa? Menurut saya Tuhan Yesus adalah orang samaria yang murah hati. Bila ditilik kembali dari sejarah, kita ketahui bahwa orang Samaria merupakan sebutan bagi kesepuluh suku Israel yang kawin campur, bukan keturunan murni, dan saat penulisan kitab ini, bangsa Israel sedang dijajah Roma, namun bangsa Israel itu juga yang menjajah saudaranya sendiri, 'orang samaria', mengaggap orang Samaria sebagai orang yang hina. Tuhan Yesus menjadi contoh yang sangat baik sebagai orang Samaria. Dia menjadi berdosa karena kita, Dia menjadi asing, bahkan di Yesaya 53 kata-kata yang lebih ekstrim digunakan untuk mendeskripsikan Tuhan Yesus. Namun Dialah yang menolong kita, karena sesungguhanya kitalah yang menjadi korban penyamun (iblis,dosa), kitalah bangsa Yahudi yang merasa sok benar, kita tidak menganggap seorang anak dari tukang kayu, kita tidak menginginkannya untuk menjadi seorang penebus kita. Kita menginginkan seorang yang lebih 'sederajat'. Kita menginginkan karya penyelamatan dengan drama hebat dimana Yesus menjadi Raja, alih2 sebuah adegan penyaliban.

Itulah yang sbenarnya diinginkan oleh seorang ahli taurat yahudi ketika bertanya 'Dan siapakah sesamaku manusia?' Dia mendiskriminasi orang samaria, itulah yang menyebabkan Tuhan Yesus mencritakan perumpamaan orang samaria yang murah hati. Sbagai penutup, Tuhan kembali mmbalikan prtanyaan orang farisi, 'siapakah menurut pendapatmu, yang adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun?'
Pertanyaan ini menurut saya agak janggal. Bandingkan dengan hukum kedua 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.' Setahu saya ini adalah kalimat majemuk bertingkat, sesamamu manusia adalah objek dari objek1, sedangkan dirimu sndiri lebih mnunjuk sebagai objek1. Mengapa Tuhan tidak bertanya 'siapakah menurut pendapatmu, yang adalah sesama manusia dari orang samaria?' Bukankah orang Samaria yang mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri? Bukankah orang Samaria sudah mengaggap orang Yahudi sebagai sesamanya? Mengapa Tuhan mnanyakan sesama dari sesamanya orang smaria? Atau dengan kata lain sesama dari orang yahudi yang ditolong? 

Saya belajar 2 hal dari bgian ini, pertama, Tuhan hanya membuat analogi, siapa pun bisa tergolong dalam kelompok orang manapun. Tuhan tidak ingin siapapun sombong melalui perumpamaan ini, kedua, Tuhan ingin meruntuhkan batas antara orang Samaria dan Yahudi, selain dari kedua kelompok orang dalam perumpamaan tentunya (imam, lewi).
dan lucunya, meskipun Tuhan sudah menegur dengan perumpamaan itu, namun jawaban terakhir ahli Taurat adalah "orang yang telah menunjukkan belas ksihan kepadanya".....bukan orang Samaria.

Terakhir
1. Cobalah membaca perikop orang Smaria dengan memposisikan diri kita sebagai korban penyamun, gantilah orang lewi dan imam dengan nama-nama orang yang kita sayangi, atau kagumi, kemudian ganti orang Samaria dengan nama orang yang kita benci. Siapakah sesama kita? 
2. Cobalah memposisikan diri kita sebagai orang Samaria, korban penyamun adalah orang yang membenci kita atau yang kita benci. Siapakah sesama manusia dari korban?


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Sate Hari Ini

Alkitab Sabda

Ketik kata atau ayat:

Alkitab Bahan
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate This Blog

.comment-content a {display: none;}